BLOG BERBAGI- Rasa ingin tahu mengenai sesuatu yang sampai ke akar-akarnya itulah sebagai pertanda bahwa filsafat sudah mulai ada ( filsafat sudah lahir ). Maka dari itu dapatlah dikatakan bahwa latar belakang lahirnya filsafat adalah menurut dua faktor, yaitu faktor “ intern” dan faktor “ekstern”. Yang dimaksud dengan faktor intern adalah kecenderungan atau dorongan dari dalam manusia, yaitu rasa ingin tahu. Sedang yang dimaksud dengan faktor ekstern adalah adanya hal atau sesuatu yang menggejala di hadapan manusia, sehingga menimbulkan rasa heran atau kagum. Memang hal atau sesuatu itu tidak harus hanya menggejala di hadapan hewan dan makhluk lainnya. Tetapi, hanya manusialah yang merasa heran dan kagum sehingga tertarik untuk mengetahuinya. Oleh karena itu dapat dikatakan secara lebih tegas lagi bahwa filsafat itu lahir dalam diri manusia pada saat ia mulai merasa kagum dan ingin tahu, kemudian memikirkan secara radikal mengenai hal-hal atau segala sesuatu yang menggejala di hadapannya.
Pada kenyataannya, tidak setiap hal atau sesuatu yang menggejala itu menimbulkan rasa kagum bagi manusia. Atau ada juga manusia yang rasa kekagumannya itu terhenti , tidak diikuti rasa ingin tahu secara radikal sedemikian itu. Pendeknya, ada orang yang mengagumi sesuatu dan berhenti hanya kagum saja, ada yang melacak lebih jauh untuk tahu sekadar tahu saja, dan ada yang ingin tahu sampai ke akar-akarnya (sedalam-dalamnya ) sampai pada tingkat hakikat.
Perbedaan kecenderungan ingin tahu manusia yang demikian itu, pada tataran selanjutnya akan membedakan jenis dan sifat manusia. Mereka yang hanya sekedar ingin tahu dan setelah mendapatkannya lalu puas adalah tergolong orang-orang “pada umumnya”.sedangkan mereka yang secara radikal ingin tahu segala sesuatu sampai kepada hakikat adalah tergolong para pemikir, ahli pikir atau filsuf ( philosopher ). Pengetahuan hakikat ini selanjutnya akan mempengaruhi pendirian, sikap dan tingkah laku seseorang. Jika ada orang yang dorongan ingin tahunya radikal, dan selanjutnya pengetahuannya mengenai hakikat sesuatu itu kemudian membentuk pendirian, sikap, dan tingkah laku, maka orang tersebut cenderung berkebijaksanaan dan senantiasa mencintai kebijaksanaan. Sementara itu, ada yang berkonsentrasi pada taraf pengetahuan yang teoritis mengenai segala sesuatu menurut segi tertentu. Mereka ini adalah para teknisi atau teknolog. Dengan demikian , di dalam kehidupan masyarakat, ada beberapa golongan yaitu para filsuf, ilmuwan, teknolog, dan golongan masyarakat awam.
Akan tetapi, sebenarnya setiap orang itu berada di dalam filsafat hidupnya. Jadilah setiap orang pastilah berfilsafat. Hal ini dapat dijelaskan dengan melihat sendiri kenyataan bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak memiliki tujuan hidup. Oleh karena bagi manusia pada umumnya filsafat adalah hal yang biasa. Filsafat akan lahir dan berkembang pada setiap orang. Pada saat orang mulai memikirkan dirinya, asal mula keberadaan, tujuan hidup dan kehidupannya, maka pada saat itu filsafat mulai tumbuh dan berkembang.
Pada kenyataannya, tidak setiap hal atau sesuatu yang menggejala itu menimbulkan rasa kagum bagi manusia. Atau ada juga manusia yang rasa kekagumannya itu terhenti , tidak diikuti rasa ingin tahu secara radikal sedemikian itu. Pendeknya, ada orang yang mengagumi sesuatu dan berhenti hanya kagum saja, ada yang melacak lebih jauh untuk tahu sekadar tahu saja, dan ada yang ingin tahu sampai ke akar-akarnya (sedalam-dalamnya ) sampai pada tingkat hakikat.
Perbedaan kecenderungan ingin tahu manusia yang demikian itu, pada tataran selanjutnya akan membedakan jenis dan sifat manusia. Mereka yang hanya sekedar ingin tahu dan setelah mendapatkannya lalu puas adalah tergolong orang-orang “pada umumnya”.sedangkan mereka yang secara radikal ingin tahu segala sesuatu sampai kepada hakikat adalah tergolong para pemikir, ahli pikir atau filsuf ( philosopher ). Pengetahuan hakikat ini selanjutnya akan mempengaruhi pendirian, sikap dan tingkah laku seseorang. Jika ada orang yang dorongan ingin tahunya radikal, dan selanjutnya pengetahuannya mengenai hakikat sesuatu itu kemudian membentuk pendirian, sikap, dan tingkah laku, maka orang tersebut cenderung berkebijaksanaan dan senantiasa mencintai kebijaksanaan. Sementara itu, ada yang berkonsentrasi pada taraf pengetahuan yang teoritis mengenai segala sesuatu menurut segi tertentu. Mereka ini adalah para teknisi atau teknolog. Dengan demikian , di dalam kehidupan masyarakat, ada beberapa golongan yaitu para filsuf, ilmuwan, teknolog, dan golongan masyarakat awam.
Akan tetapi, sebenarnya setiap orang itu berada di dalam filsafat hidupnya. Jadilah setiap orang pastilah berfilsafat. Hal ini dapat dijelaskan dengan melihat sendiri kenyataan bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak memiliki tujuan hidup. Oleh karena bagi manusia pada umumnya filsafat adalah hal yang biasa. Filsafat akan lahir dan berkembang pada setiap orang. Pada saat orang mulai memikirkan dirinya, asal mula keberadaan, tujuan hidup dan kehidupannya, maka pada saat itu filsafat mulai tumbuh dan berkembang.
“Hal yang menjadi masalah dan perlu diperhatikan adalah : kalau-kalau seseorang tidak pernah mengembangkan diri, kalau-kalau seseorang mengabaikan pengetahuan, dan kalau-kalau seseorang gagal melihat kebenaran atau kalau-kalau seseorang gagal memperbaiki kesalahannya sendri (Confusius)“